YPAKmedia.com - Yayasan Panti Asuhan Katolik (YPAK) Semarang merupakan salah satu lembaga Katolik tertua dan paling bersejarah di Indonesia. Berdiri sejak tahun 1890, yayasan ini telah berperan penting dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan keagamaan, serta menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan sejarah Gereja Katolik di Indonesia. Kini, YPAK menaungi berbagai lembaga pendidikan, rumah retret, poliklinik, hingga biro pariwisata, dengan 179 guru dan karyawan serta lebih dari 1.000 peserta didik yang aktif belajar di bawah naungannya.
Sejarah Awal: Dari Gereja Papa Miskin hingga Panti Asuhan Katolik
Jejak sejarah Yayasan Panti Asuhan Katolik berawal dari masa pemerintahan Kolonial Belanda di bawah Gubernur Jenderal Herman William Daendels. Pada masa itu, Gereja Katolik menempatkan Pastur L. Prinsen, SJ sebagai pastor pertama di Semarang, tepatnya di daerah Gedangan.
Pada 28 Januari 1809, Pastur Prinsen mendirikan lembaga bernama Yayasan Pengurus Gereja Papa Miskin (PGPM), yang memiliki misi sosial membantu kaum miskin dan anak-anak terlantar. Hanya beberapa bulan kemudian, pada 24 Juli 1809, terjadi peristiwa bersejarah ketika dua anak — Chatarina (11 tahun) dan Willhelmus (5 tahun) — diserahkan kepada Pastur Prinsen oleh pemerintah kolonial untuk dididik secara Katolik.
Dari sinilah lahir semangat pelayanan yang menjadi cikal bakal berdirinya Panti Asuhan Katolik Semarang, yang pada masa itu dikenal dengan nama Weeshuis, istilah Belanda untuk rumah yatim piatu. Fokus utama yayasan saat itu adalah mengasuh anak-anak yatim piatu Katolik dari seluruh Indonesia, jumlahnya mencapai lebih dari 1.000 anak.
Perkembangan Pesat dan Pendirian Sekolah
Pada tahun 1826, kepemimpinan berpindah ke Pastur Scholten, SJ, yang membawa kemajuan besar dengan mendirikan sekolah khusus bagi anak-anak panti asuhan. Langkah ini menjadi tonggak awal pengembangan pendidikan Katolik di Semarang.
Ketika kepemimpinan berlanjut kepada Pastur PJ. Linen, SJ pada tahun 1858, jumlah anak asrama meningkat pesat. Yayasan kemudian memperluas peran dan tanggung jawabnya di bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial-keagamaan, menempati lahan seluas 72.442 meter persegi di kawasan Semarang.
Sebagai lembaga resmi, YPAK kini terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM dengan Nomor AHU-0004761.AH.01.12 Tahun 2018 tertanggal 15 Maret 2018.
Unit Pendidikan dan Sosial di Bawah Naungan YPAK
SD St. Aloysius (1915)
Salah satu sekolah dasar Katolik tertua di Semarang yang menanamkan nilai iman dan karakter sejak dini.
SMP Yoannes XXIII (12 Agustus 1962)
Sekolah menengah pertama dengan sistem pembelajaran modern berbasis nilai Katolik.
Poliklinik Soegijapranata (1968)
Awalnya bernama Catholic Relief Service (CRS), lembaga ini bertransformasi menjadi poliklinik yang memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat luas.
Institut Pendidikan Teknik (IPT) (1970)
Didirikan oleh Bruder Burmanje, CSA, lembaga ini awalnya hanya menerima siswa laki-laki dan berfokus pada pendidikan teknik dan keterampilan.
Institut Pendidikan Kewanitaan (IPK)
Diperuntukkan bagi siswi perempuan, namun karena penurunan peminat, pada 20 Januari 1970, IPK bergabung dengan IPT dan menjadi IPT Karangpanas.
SMA Sint Louis (21 Juni 1979)
Berdiri atas keprihatinan terhadap minimnya sekolah negeri di wilayah atas Kota Semarang. SMA ini menjadi pilihan utama masyarakat di kawasan tersebut.
TK Miryam (1987)
Pendidikan anak usia dini dengan pendekatan Katolik yang hangat dan penuh kasih.
Panti Samadi Nazaret (11 September 2001)
Rumah retret dan tempat perenungan spiritual yang diresmikan oleh Rm. Hendricus Djajapoetranta, MSF, dan diberi nama oleh Suster Laurentine, PIJ.
Miryam Children Day Care (7 Agustus 2015)
Awalnya tempat penitipan anak bagi anak-anak guru YPAK, kini melayani masyarakat luas dengan fasilitas pendidikan dan pengasuhan modern.
Peran YPAK di Masa Kini
Kini, Yayasan Panti Asuhan Katolik Semarang telah berkembang menjadi lembaga terpadu yang melayani ribuan umat dan masyarakat dari berbagai kalangan. Tidak hanya menjadi pusat pendidikan Katolik, YPAK juga berperan dalam bidang kesehatan, pembinaan iman, dan pelayanan sosial.
YPAK menjadi rumah bagi nilai-nilai kasih, pelayanan, dan pengabdian, sesuai dengan semangat para pendirinya dari Serikat Yesus (SJ). Para guru, bruder, dan suster yang mengabdi di dalamnya meneruskan semangat pelayanan untuk menghadirkan pendidikan yang humanis, inklusif, dan berakar pada nilai Kristiani.
Selain itu, kompleks YPAK yang sarat sejarah juga telah ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya di Kota Semarang. Bangunan berarsitektur kolonial Belanda ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang pelayanan Gereja Katolik dalam bidang sosial dan pendidikan di Indonesia.
Warisan yang Terus Hidup
Lebih dari dua abad sejak berdirinya, YPAK tetap setia pada misinya: melayani sesama dengan kasih. Dari awalnya sebagai rumah bagi anak yatim, kini yayasan ini berkembang menjadi pusat pendidikan Katolik yang menghasilkan lulusan berkarakter dan berdedikasi tinggi.
Dengan sejarah panjang yang berakar dalam nilai iman dan kemanusiaan, Yayasan Panti Asuhan Katolik Semarang bukan hanya lembaga pendidikan, tetapi juga simbol warisan budaya, sosial, dan spiritual yang patut dijaga untuk generasi mendatang.
Melalui komitmen pada pelayanan dan pengabdian, YPAK terus membuktikan bahwa kasih dan kepedulian adalah fondasi yang membuat sebuah lembaga bertahan — bahkan melintasi zaman.***